Sepotong cerita dari sepotong roti

Saya suka makan roti. Apalagi roti bakar yang berisi cokelat. Rasanya enak sekali, kombinasi pahit dan manis. Ada cerita di balik sepotong roti cokelat. Saya selalu tersenyum sendiri jika mengingatnya. Roti yang sepotong itu, kamu bagi dua. Bagian yang berisi cokelat itu kamu beri. Saya bertanya, mengapa bagian yang banyak cokelat kamu kasih ke saya? Kamu menjawab, kamu kan suka cokelat. Saat itu, rasanya potongan roti yang saya makan adalah roti yang paling nikmat sedunia.

Kamu memang tak pernah menghabiskan roti. Teringat ketika kita pertama kali bertemu. Sepiring roti bakar tersaji di hadapan mu. Kamu Cuma menghabiskan satu potong. Tidak enakkah? Atau karena rotinya sudah dingin? Kamu hanya menjawab, sudah kenyang. Jawaban misterius. Jawaban yang membuat saya bertanya-tanya. Akhirnya roti-roti tersebut saya habiskan sendiri.

Saya masih ingin menyajikan roti-roti lagi. Oh, entah kapan itu bisa terjadi. Kalaulah bukan sekarang, mungkin di waktu yang akan datang. Semoga kita masih bisa bertemu, bersenda, bergurau. Mendengarmu bercerita panjang lebar sungguh sangat menyenangkan. Kamu memang pintar bercerita. Mungkin karena pengalaman hidup yang membuat mu matang?

Kemarilah…Saya masih ingin menuliskan banyak cerita. Di balik sepotong roti. Meskipun akhirnya cerita yang tak berujung. Ataupun cerita yang berakhir memilukan. Saya tak peduli.

Kemarilah…Sepiring roti bakar ini sudah dingin. Berharap ada cerita di baliknya. Berharap ada kisah yang terlukiskan dari sepotong roti. Berharap diri mu duduk manis dan menikmati sajian roti bakar dan segelas kopi susu.

Kemarilah…Sepotong roti ini menunggu. Menunggu kamu bercerita. Menunggu kamu yang selalu optimis menghadapi hidup. Manis ataupun pahit. Seperti halnya roti cokelat bakar. Yang rasanya manis dan pahit.

Kemarilah…kemarilah…