Cut Off Point Obesitas pada Pemeriksaan Biomedis Usia Dewasa di Daerah Perkotaan Indonesia

Pendahuluan

Obesitas menjadi masalah di berbagai belahan dunia dimana prevalensinya meningkat dengan cepat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Diperkirakan terdapat 1.5 miliar penduduk  mengalami kelebihan berat badan dan obesitas (Golub et al., 2011).

Obesitas menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius, sebab merupakan faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas termasuk diantaranya gangguan kardiovaskular seperti hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner (Micallef et al., 2009). Indeks antropometri untuk mengukur obesitas dapat memberikan informasi mengenai risiko penyakit kardiovaskular (Berber et al., 2001).

Sebagian besar penelitian sebelumnya menggunakan variabel antropometri seperti indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang dan panggul (WHR) untuk menentukan obesitas (Ito et al., 2003). WHO telah menetapkan nilai titik potong obesitas untuk variabel antropometri tersebut untuk orang dewasa Amerika, namun definisi WHO itu tidak dapat diterapkan begitu saja pada populasi lain (Berber et al., 2001).

Nilai titik potong indeks antropometri pada ras Kaukasia mungkin tidak cocok digunakan untuk ras Asia. Hasil studi di Singapura memperlihatkan bahwa orang Singapura dengan IMT 27-28 mempuyai lemak tubuh yang sama dengan orang-orang kulit putih dengan IMT 30 (Harahap et al., 2005). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa untuk populasi Asia, prevalensi faktor risiko kardiovaskular meningkat pada IMT, lingkar pinggang, ataupun rasio lingkar pinggang-panggul yang lebih rendah dibandingkan dengan rekomendasi WHO (Ito et al., 2003). Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis titik potong obesitas untuk masyarakat Indonesia berdasarkan beberapa pemeriksaan biomedis yang disajikan oleh Riskesdas 2007.

Pembahasan

Penelitian sebelumnya memperlihatkan terjadi peningkatan risiko penyakit kardiovaskular serta prevalensi hipertensi, diabetes, dislipidemia, dengan peningkatan IMT dan lingkar pinggang di berbagai populasi. Penemuan ini sejalan dengan penelitian di Cina dan populasi Asia lainnya, memperlihatkan adanya hubungan antara IMT dan lingkar perut dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Berdasarkan analisis sensitivitas, spesifisitas, dan ROC, penelitian ini menyarankan titik potong/cut off  IMT 21,86 – 22,40 kg/m2 untuk laki-laki dan 22,72 – 23,35 kg/m2 untuk perempuan, sementara lingkar pinggang untuk laki-laki antara 75,85 – 76,75 cm, dan untuk perempuan antara 77,35 – 78,55 cm.

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini serupa dengan beberapa penelitian lain di Asia. Penelitian Ito, et al. (2003) menyimpulkan bahwa untuk penduduk Jepang merekomendasikan titik potong untuk mendeteksi risiko kardiovaskular lebih rendah daripada kriteria WHO (Ito et al., 2003). Sementara penelitian di India menyimpulkan batas IMT orang sehat India adalah 23 kg/m2, sementara batas lingkar perut adalah 85 cm untuk laki-laki dan 80 cm untuk perempuan (Snehalatha et al., 2003). Adapun studi di Iran mendapatkan titik potong untuk memprediksi risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan populasi Asia lainnya. Hasil yang didapatkan oleh studi tersebut lebih mengarah kepada titik potong yang direkomendasikan untuk populasi Kaukasia (Mirmiran et al., 2004). Sementara penelitian lain di Oman dan Singapura menyimpulkan hal yang sama dengan yang didapat pada penelitian ini, bahwa populasi Oman dan Singapura membutuhkan titik potong IMT dan lingkar perut yang lebih rendah daripada yang direkomendasikan oleh WHO (Deurenberg‐Yap and Deurenberg, 2003, Al-Lawati and Jousilahti, 2008).

Penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa populasi Asia memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi daripada populasi Barat untuk suatu IMT atau lingkar pinggang. Wang et al. melaporkan bahwa pada IMT yang lebih rendah, orang Asia memiliki persentase lemak tubuh yang tinggi dibanding orang kulit putih pada usia dan jenis kelamin yang sama (Wang et al., 1994). Hal ini sejalan dengan penelitian Deurenberg et al. yang melaporkan bahwa orang Cina memiliki 1,9 unit IMT yang lebih rendah daripada orang Kaukasia pada persentase lemak tubuh yang sama (Deurenberg et al., 1999). Sama halnya dengan IMT, populasi Asia juga dikatakan memiliki adipositas visceral yang lebih tinggi dari Kaukasia. Bentuk tubuh yang lebih ramping dengan sedikit massa otot dan panjang kaki yang relatif pendek pada beberapa populasi Asia kemungkinan menjadi alasan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan tersebut (Li et al., 2008).

Untuk mendeteksi cut-off point ditentukan dengan melihat titik perpotongan kurva sensitivitas dan spesifisitas antara variabel IMT dan lingkar pinggang. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa titik potong yang diperoleh lebih rendah daripada yang direkomendasikan oleh WHO. Selain itu, titik potong untuk perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, baik pada variabel IMT maupun pada variabel lingkar pinggang.

Beberapa peneliti telah merekomendasikan titik potong lingkar perut yang lebih rendah untuk populasi Asia. Populasi Asia dan India relatif memiliki massa lemak yang lebih besar dibandingkan populasi Kaukasia dan populasi kulit hitam Afrika, meskipun mereka memiliki lingkar perut yang sama. Banerji, et al. melaporkan jaringan lemak perut populasi Asia-India identik/sama dengan populasi laki-laki Afrika-Amerika, meskipun dengan lingkar perut yang paling rendah. Demikian pula, pada nilai IMT yang sama, populasi Asia-India secara signifikan memiliki total lemak perut dan visceral yang lebih besar daripada populasi Afrika-Amerika (Misra et al., 2005).

Kekuatan dari analisis ini adalah menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang merupakan representatif dari total populasi orang dewasa di Indonesia. Sebaliknya analisis ini berasal dari data cross-sectional, sehingga diperlukan meta analysis dari berbagai data, dan penelitian prospektif untuk meyakinkan bahwa diperlukan penurunan cut-off IMT dan lingkar pinggang untuk orang dewasa di Indonesia.  Hasil analisis ini juga tidak mengukur secara langsung lemak tubuh. Studi lebih lanjut diperlukan dalam hubungannya dengan IMT, rasio lingkar pinggang panggul, lemak tubuh dan distribusi lemak tubuh.

Kesimpulan dan Saran

Untuk orang dewasa Indonesia, titik potong/cut-off untuk mendeteksi risiko kardiovaskular lebih rendah daripada kriteria WHO. Perlu dikaji lebih lanjut dengan meta analisis dari berbagai data yang tersedia. Penelitian prospektif juga perlu untuk meyakinkan bahwa diperlukan penurunan cut-off IMT dan lingkar pinggang untuk orang dewasa di Indonesia.

Referensi

AL-LAWATI, J. A. & JOUSILAHTI, P. 2008. Body mass index, waist circumference and waist-to-hip ratio cut-off points for categorisation of obesity among Omani Arabs. Public health nutrition, 11, 102.

BERBER, A., GOMEZ-SANTOS, R., FANGHÄNEL, G. & SANCHEZ-REYES, L. 2001. Anthropometric indexes in the prediction of type 2 diabetes mellitus, hypertension and dyslipidaemia in a Mexican population. International journal of obesity and related metabolic disorders: journal of the International Association for the Study of Obesity, 25, 1794.

DEURENBERG‐YAP, M. & DEURENBERG, P. 2003. Is a Re‐evaluation of WHO Body Mass Index Cut‐off Values Needed? The Case of Asians in Singapore. Nutrition reviews, 61, S80-S87.

DEURENBERG, P., YAP, M. D., WANG, J., LIN, F. & SCHMIDT, G. 1999. The impact of body build on the relationship between body mass index and percent body fat. International journal of obesity, 23, 537-542.

GOLUB, N., GEBA, D., MOUSA, S., WILLIAMS, G. & BLOCK, R. 2011. Greasing the wheels of managing overweight and obesity with omega-3 fatty acids. Medical hypotheses, 77, 1114-1120.

HARAHAP, H., WIDODO, Y. & MULYATI, S. 2005. PENGGUNAAN BERBAGAI CUT-OFF

INDEKS MASSA TUBUH SEBAGAI INDIKATOR OBESITAS TERKAIT PENYAKIT DEGENERATIF DI INDONESIA. Gizi Indon, 31, 1-12.

ITO, H., NAKASUGA, K., OHSHIMA, A., MARUYAMA, T., KAJI, Y., HARADA, M., FUKUNAGA, M., JINGU, S. & SAKAMOTO, M. 2003. Detection of cardiovascular risk factors by indices of obesity obtained from anthropometry and dual-energy X-ray absorptiometry in Japanese individuals. International journal of obesity, 27, 232-237.

LI, R., LU, W., JIA, J., ZHANG, S., SHI, L., LI, Y., YANG, Q. & KAN, H. 2008. Relationships between indices of obesity and its cardiovascular comorbidities in a Chinese population. Circulation journal: official journal of the Japanese Circulation Society, 72, 973-978.

MICALLEF, M., MUNRO, I., PHANG, M. & GARG, M. 2009. Plasma n-3 polyunsaturated fatty acids are negatively associated with obesity. British Journal of Nutrition, 102, 1370.

MIRMIRAN, P., ESMAILLZADEH, A. & AZIZI, F. 2004. Detection of cardiovascular risk factors by anthropometric measures in Tehranian adults: receiver operating characteristic (ROC) curve analysis. European Journal of Clinical Nutrition, 58, 1110-1118.

MISRA, A., VIKRAM, N., GUPTA, R., PANDEY, R., WASIR, J. & GUPTA, V. 2005. Waist circumference cutoff points and action levels for Asian Indians for identification of abdominal obesity. International journal of obesity, 30, 106-111.

SNEHALATHA, C., VISWANATHAN, V. & RAMACHANDRAN, A. 2003. Cutoff values for normal anthropometric variables in Asian Indian adults. Diabetes care, 26, 1380-1384.

WANG, J., THORNTON, J. C., RUSSELL, M., BURASTERO, S., HEYMSFIELD, S. & PIERSON, R. 1994. Asians have lower body mass index (BMI) but higher percent body fat than do whites: comparisons of anthropometric measurements. The American journal of clinical nutrition, 60, 23-28.